Bukan Sekadar Fulfillment: Cara Mendapatkan Sumber Pendapatan Baru dari Logistics

Blog

Oleh Vaibhav Dabhade, CEO Anchanto

Selama beberapa dekade, bisnis telah menerima asumsi mendasar: supply chain adalah pusat biaya (cost centre). Logika ini tampak lugas, semakin banyak Anda menjual atau memenuhi orderan (fulfil orders), semakin banyak Anda membayar untuk logistics, warehousing, dan distribusi. Model supply chain tradisional memperkuat persepsi ini, karena setiap transaksi baru menambah kompleksitas dan biaya.

Namun, pandangan ini sudah usang.

Supply chain modern bukan lagi sekadar fungsi back-office; ini adalah aset strategis yang mampu mendorong revenue dan pertumbuhan bisnis. Dengan pendekatan yang tepat, perusahaan dapat mengubah supply chain mereka menjadi mesin penciptaan nilai, alih-alih hanya akumulasi biaya.

Kunci dari transformasi ini terletak pada dua pergeseran strategis:

  1. Merangkul Omnichannel Supply Chain
    Bisnis harus mengembangkan supply chain mereka melampaui logistics linear menjadi model omnichannel yang terintegrasi sepenuhnya. Ini berarti menghubungkan channel online dan offline, memanfaatkan otomatisasi, dan mengoptimalkan inventory di berbagai pusat fulfillment (fulfilment centres).
  2. Mengubah Supply Chain Menjadi Information Powerhouse
    Dengan memanfaatkan data dari setiap titik kontak (touchpoint), perusahaan dapat membuka business intelligence yang berharga. Intelligence ini meningkatkan pengambilan keputusan, memperbaiki pengalaman customer, dan bahkan menciptakan peluang monetisasi, seperti insight peramalan permintaan (demand forecasting insights) dan supply chain analytics sebagai layanan.

1. Berevolusi – Anggap Supply Chain sebagai Omnichannel Supply Chain

Supply chain tradisional dibangun untuk dunia single-channel, di mana bisnis melayani operasi B2B atau B2C secara terpisah. Namun, realitas saat ini menuntut pendekatan omnichannel yang lebih dinamis, pendekatan yang melayani customer B2B dan B2C secara mulus, sambil mendorong efisiensi, akurasi, dan kecepatan melalui otomatisasi.

1.1 Layani Operasi B2C dan B2B dengan Aset dan Otomatisasi yang Ada

Dengan mengoptimalkan infrastruktur dan otomatisasi yang sudah ada, bisnis dapat mengubah supply chain mereka menjadi mesin revenue yang terukur (scalable):

  • Peningkatan efisiensi mengurangi biaya fulfillment per orderan, memungkinkan perusahaan menangani volume orderan yang lebih tinggi tanpa peningkatan biaya yang proporsional, sehingga meningkatkan margin.
  • Akurasi orderan yang lebih baik menghasilkan lebih sedikit pengembalian (returns) dan penggantian, memotong kerugian sambil meningkatkan loyalitas customer dan pembelian berulang.
  • Akselerasi fulfillment memungkinkan bisnis memperkenalkan opsi delivery premium, same-day, atau ekspres yang bersedia dibayar lebih oleh customer.
  • Memenuhi beragam kebutuhan customer secara efektif memungkinkan bisnis untuk berekspansi ke segmen customer baru, seperti orderan bulk korporat (B2B) dan penjualan direct-to-consumer (B2C), sehingga memaksimalkan potensi sales.

1.2 Menyederhanakan Pemrosesan Order dan Inventory Management untuk Ritel Omnichannel

Supply chain yang terfragmentasi menyebabkan inefisiensi dan kehilangan sales karena stockouts atau penundaan fulfillment. Dengan mengintegrasikan operasi supply chain dengan:

  • Channel sales online (e-commerce, marketplace, social commerce), bisnis dapat menjangkau customer digital-first dan meningkatkan sales langsung.
  • WMS, OMS, dan Enterprise Resource Planning (ERP), perusahaan mendapatkan visibilitas inventory real-time, mengurangi markdowns dan kehilangan revenue akibat overstocking atau understocking.
  • Toko ritel offline atau dark stores sebagai pusat micro-fulfilment, retailer dapat membuka aliran pendapatan baru melalui ship-from-store, pengambilan di dalam toko (in-store pickups), dan delivery yang terlokalisasi, mengurangi biaya logistics dan meningkatkan tingkat konversi.

1.3 Menghubungkan Langkah Perjalanan Pembeli (Buyer Journey) dengan Peluang Revenue

Supply chain yang terintegrasi dengan baik tidak hanya memindahkan produk, tetapi secara aktif berkontribusi pada pertumbuhan revenue di setiap tahap perjalanan customer:

  • Order Placement: Pemrosesan orderan instan melalui social commerce, marketplace, dan channel sales langsung mengurangi cart abandonment dan meningkatkan tingkat konversi. Menyediakan perkiraan tanggal delivery meningkatkan kepercayaan customer, yang mengarah pada lebih banyak pembelian yang diselesaikan.
  • Inventory Management: Mengubah setiap lokasi menjadi pusat fulfillment (termasuk toko dan warehouse) mengurangi biaya penyimpanan dan memungkinkan bisnis memenuhi orderan lebih cepat, memungkinkan mereka menetapkan premium pricing untuk delivery yang lebih cepat.
  • Order Orchestration: Memanfaatkan dark stores dan opsi store pickup tidak hanya mengurangi biaya last-mile delivery, tetapi juga meningkatkan jumlah pengunjung toko, yang mengarah pada pembelian tambahan di toko.
  • Delivery Transparency: Dengan menawarkan pelacakan real-time dan opsi green shipping, perusahaan dapat memperkenalkan pilihan delivery premium yang ramah lingkungan, sebuah preferensi customer yang berkembang dan bersedia mereka bayar lebih mahal.
  • Returns Management: Membuat pengembalian (returns) menjadi nyaman melalui model return-to-store meningkatkan retensi customer dan membuka peluang untuk penukaran di dalam toko atau upselling.
  • Upselling & Cross-Selling: Dengan analytics berbasis AI pada perilaku belanja, bisnis dapat menawarkan rekomendasi produk yang dipersonalisasi saat checkout, meningkatkan nilai orderan rata-rata dan customer lifetime value jangka panjang.

Setiap titik kontak ini menghadirkan peluang langsung untuk meningkatkan revenue, baik dengan meningkatkan customer experience untuk mendorong lebih banyak sales atau dengan memperkenalkan layanan baru yang berbayar.


2. Ubah Supply Chain menjadi Pusat Informasi Bernilai untuk Mendukung Pertumbuhan

Selain logistics, supply chain menyimpan banyak sekali data. Dengan mengubah supply chain menjadi pusat intelligence berbasis data, bisnis dapat menilai kinerja, mengoptimalkan operasi, dan menciptakan aliran revenue baru melalui pengambilan keputusan yang lebih cerdas dan insight yang actionable.

2.1 Data Pelacakan Carrier dan Paket

Supply chain menghasilkan data dalam jumlah besar dari operasi pengiriman dan carrier. Dengan menganalisis data pelacakan carrier dan paket, bisnis tidak hanya dapat meningkatkan logistics tetapi juga mengoptimalkan operasi mereka sendiri untuk penghematan biaya.

  • Data kinerja carrier membantu mengidentifikasi mitra pengiriman yang paling efisien, mengurangi penundaan, dan memungkinkan bisnis membebankan biaya untuk layanan pengiriman premium.
  • Last-Mile Accuracy Compliance (LA Compliance) memastikan delivery selaras dengan kerangka waktu yang dijanjikan, memungkinkan model penetapan harga dinamis untuk opsi delivery yang lebih cepat.
  • Insights efisiensi delivery mengurangi biaya logistics, memungkinkan untuk memperkenalkan layanan delivery berbasis langganan untuk pembeli yang sering.
  • Preferensi konsumsi geografis mengungkapkan di mana permintaan paling kuat, memungkinkan brand untuk berekspansi ke pasar dengan pertumbuhan tinggi.
  • Data kesadaran produk geografis membantu retailer dan produsen mengoptimalkan strategi marketing regional dan meningkatkan sales lokal.
  • Machine learning untuk prediktabilitas delivery meningkatkan perkiraan waktu delivery, menciptakan layanan bernilai tambah seperti guaranteed same-day delivery dengan harga premium.

2.2 Inventory dan Product Master

Inventory lebih dari sekadar masalah sisi pasokan, ia adalah sumber business intelligence yang kaya yang dapat mendorong revenue dengan mengoptimalkan ketersediaan produk, strategi pricing, dan efisiensi stok.

  • Data kinerja assortment membantu retailer menentukan produk mana yang harus dipromosikan atau dihentikan penjualannya (phase out), memaksimalkan profitabilitas.
  • Insights produk terlaris dan kurang laku memungkinkan strategi pricing dinamis, memungkinkan bisnis untuk menetapkan harga premium untuk barang yang banyak diminati sambil memberikan diskon strategis untuk barang yang bergerak lambat (slow movers).
  • Analytics biaya inventory membantu meminimalkan modal yang terikat pada stok yang tidak terjual, membebaskan sumber daya untuk peluang margin yang lebih tinggi.
  • Inventory aging data mendukung model inventory just-in-time (JIT), mengurangi waste dan meningkatkan turnover rates.

2.3 Data Tenaga Kerja – Meningkatkan Efisiensi Tenaga Kerja untuk Penghematan Biaya

Optimasi tenaga kerja adalah faktor penting dalam mengurangi biaya operasional dan meningkatkan kapasitas fulfillment, keduanya secara langsung berdampak pada potensi revenue.

  • Pelacakan kinerja tenaga kerja memungkinkan bisnis mengidentifikasi staf berkinerja terbaik, memberikan reward atas efisiensi, dan mengurangi biaya tenaga kerja dengan mengoptimalkan jadwal shift.
  • Optimasi rute picking di dalam warehouse mengurangi waktu fulfillment orderan, memungkinkan bisnis untuk membebankan biaya untuk fulfillment ekspres premium.
  • Insights desain tata letak warehouse meningkatkan pemanfaatan ruang, menurunkan biaya penyimpanan, dan memungkinkan bisnis untuk menskalakan kapabilitas fulfillment untuk permintaan puncak.
  • Perencanaan tenaga kerja memastikan jumlah staf yang tepat ditempatkan pada waktu yang tepat, meminimalkan waktu idle (downtime) dan meningkatkan order throughput.
  • Minimalisasi kesalahan dan peningkatan kontrol kualitas menghasilkan pengembalian (returns) yang lebih sedikit dan kepuasan customer yang lebih tinggi, meningkatkan pembelian berulang dan mengurangi kerugian revenue dari barang yang rusak.

2.4 Data Customer – Memanfaatkan Consumer Insights untuk Revenue yang Lebih Tinggi

Supply chain yang kaya data adalah tambang emas sales dan marketing, menawarkan insight mendalam tentang perilaku konsumen yang dapat dimonetisasi melalui strategi sales yang ditargetkan.

  • Data lokasi customer memungkinkan promosi hyperlocal, memungkinkan bisnis untuk membebankan biaya untuk iklan berbasis lokasi atau menawarkan penawaran eksklusif kepada customer terdekat.
  • Insights kinerja channel membantu mengidentifikasi channel sales mana yang menghasilkan ROI tertinggi, memungkinkan alokasi investasi dinamis untuk memaksimalkan revenue.
  • Analytics kinerja promosi memberikan feedback real-time pada campaign marketing, memungkinkan bisnis mengoptimalkan diskon dan strategi product bundling untuk profitabilitas maksimal.

Kesimpulan

Supply chain tidak lagi hanya sekadar kebutuhan transaksional, ia adalah inti strategis dari pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Dengan beralih dari pola pikir tradisional yang berpusat pada biaya (cost-centric) ke pendekatan omnichannel dan berbasis data, bisnis dapat mengungkap peluang tersembunyi untuk menghasilkan aliran revenue (pendapatan) yang signifikan dan mencapai keunggulan operasional.

Mengimplementasikan teknologi terintegrasi dan analytics cerdas di seluruh ekosistem supply chain Anda memungkinkan fulfillment omnichannel yang mulus, optimasi inventory real-time, orkestrasi orderan yang tepat, dan peningkatan customer experience.

Analytics data yang tangguh mengubah operational insights menjadi strategi yang actionable, memungkinkan pengambilan keputusan yang tepat, peluang monetisasi baru, dan keunggulan kompetitif. Untuk mewujudkan manfaat ini, perusahaan harus mengadopsi solusi supply chain canggih seperti:

  • Smart Order Routing
  • Fulfillment Omnichannel Terintegrasi
  • Alokasi Inventory Channel yang Strategis
  • Otomatisasi Penyimpanan dan Rotasi Inventory
  • Order Splitting dan Konsolidasi yang Efisien
  • Optimasi Pemanfaatan Ruang Penyimpanan
  • Otomatisasi Picking dan Packing
  • Perangkat Genggam (Handheld Devices) Canggih
  • Seleksi Carrier Cerdas
  • Pelacakan dan Transparansi yang Ditingkatkan (Mengurangi WISMO/WISMR)
  • Customer Support Prediktif
  • Customer Experience Ber-Brand
  • Kepatuhan SLA Carrier yang Ketat

Yang terpenting, sistem yang saling terhubung harus menjembatani Warehouse Management System (WMS), Operasi Jaringan (Parcel Tracking), Order Management System (OMS), dan platform Customer Relationship Management (CRM).

Pendekatan terintegrasi ini meningkatkan efisiensi, responsivitas, dan profitabilitas, memposisikan supply chain sebagai pendorong pertumbuhan yang adaptif dan strategis.

Kesuksesan di bidang ini membutuhkan lebih dari sekadar mengadopsi teknologi baru, ia menuntut pergeseran pola pikir. Bisnis harus melihat logistics sebagai value driver, bukan hanya fungsi pendukung. Dengan sistem terintegrasi, otomatisasi cerdas, dan pendekatan strategis terhadap data, organisasi dapat membangun supply chain yang tidak hanya memenuhi orderan tetapi secara aktif mendorong revenue, inovasi, dan kesuksesan jangka panjang.

Sekarang adalah waktunya untuk bergerak melampaui fulfillment tradisional. Perusahaan yang merangkul evolusi ini tidak hanya akan mengoptimalkan biaya, tetapi juga akan menciptakan jalur pertumbuhan yang benar-benar baru, memastikan mereka tetap unggul dari persaingan dalam lanskap digital commerce yang terus berkembang.

About cookies on this site

We use cookies to collect and analyse information on site performance and usage, to provide social media features and to enhance and customise content and advertisements. Learn more

Necessary cookies

Some cookies are required to provide core functionality. The website won't function properly without these cookies and they are enabled by default and cannot be disabled.

Analytical cookies

Analytical cookies help us improve our website by collecting and reporting information on its usage.

Marketing cookies

Marketing cookies are used to track visitors across websites to allow publishers to display relevant and engaging advertisements.

300 ke 5,500 order per hari? Intip cara ERHA Skincare atasi lonjakan ini | Dengarkan Ceritanya >